Gambar dari 'Russian Posters Exhibition' diadakan oleh toko buku Toga Mas
Melalui media, satuan penyebaran budaya semakin mudah ditularkan. Plagiarisme sangat dimudahkan.
Begitu mudahkah sebuah hasil karya atau pemikiran diduplikasi dan diklaim sebagai milik pribadi?
Karya arsitektur juga rentan terhadap peniruan, karena saat ini semakin memungkinkan. Mungkin kita semua juga pernah mendapati memperhatikan karya arsitek, yang sepertinya memiliki kesamaan dengan karya arsitek terkenal, namun ketika diberi pertanyaan tentang itu, jawabannya tentu saja sangat dangkal, karena tidak berasal dari proses pemikiran yang dilaluinya.
Entahlah, hingga kapan pertanyaan 'sejauh mana' peniruan atau plagiarisme itu dihalalkan... Apakah dengan merombak suatu susunan penulisan, kemudian menyusun kembali dalam format baru bukan merupakan plagiarisme? Atau apakah dalam desain, melihat hasil akhir dari proses ber-arsitektur dari arsitek lain dan menggubah kembali dalam bentukan baru yang nyaris sama, bisa dikatakan plagiarisme?
Proses itu yang penting. Proses untuk sampai hingga suatu karya hadir dan memiliki makna tidak mudah dijalani semudah copy and paste. Proses berpikir memang tidak mudah, dan karenanya menjadi berharga. Namun kadangkala hasil dari proses berpikir itu tidak bisa ditransfer begitu saja kedalam kepala orang lain dengan mudah. Bila dipaksakan tidak akan sepenuhnya dipahami. Arsitektur sebagai suatu bagian dari ekspresi seni, tidak bisa pula dengan mudah dihasilkan hanya dengan proses plagiarisme, seakan meloncat menuju hasil yang diharapkan, yang seharusnya memiliki makna lebih daripada itu. Lukisan Monalisa yang asli bisa jadi direproduksi, namun nilainya tidak sama. Bila kita coba memperhatikan, apa yang membuat seorang arsitek menjadi besar, seperti Frank Lloyd Wright, Le Corbusier, Romo Mangun, dan sebagainya, terdapat proses yang mereka jalani, dan itu tentu saja tidak muncul begitu saja menjadi karya-karya yang monumental dan dikenal dunia. Proses itu yang mengiring langkah mereka menjadi besar, setelah tentu saja sebelumnya mengalami try and error yang teramat banyak.
Fenomena munculnya berbagai majalah, buku, tayangan televisi dan sebagainya memang dengan sangat mudah menyebarkan bentuk-bentuk karya yang dapat diapresiasi dengan hanya membayar sekian ribu rupiah. Namun, apakah memberikan keleluasaan untuk menyadur karya (tanpa proses di jalani sebelumnya)? Boleh jadi berhasil memperhatikan sebuah karya avant garde dari seorang arsitek yang muncul dalam majalah, buku dan sebagainya, lalu mengambil bentukan kasat mata dan meletakkannya dalam desain yang di rancang. Itu sangat memungkinkan. Namun itu dangkal dan bila semakin nyaman melakukannya, arsitek tidak akan lebih dari seorang pengekor karya. Atau mungkinkah begitu banyak desain yang dihasilkan hanya berdasarkan tren semata menjadikan tidak ada lagi yang otentik? Jangan-jangan sudah menjadi hal yang sangat biasa sehingga kita tidak lagi memperhatikan?
Seorang arsitek adalah manusia, dan manusia memiliki potensi yang tidak sama antara satu dengan yang lain. Potensi yang berbeda itu adalah anugerah Sang Pencipta, yang menjadikan setiap orang unik. Arsitek dengan potensi yang dimilikinya, pandangannya tentang kehidupan dan arsitektur, perasaannya akan sebuah karya, akan memberikan sentuhan yang berbeda yang otentik. Karena itu, mari berkarya.
*****
04 Agustus 2008
Catatan lanjutan:
Setelah menulis, memperhatikan dan memahami dalam kurun waktu lebih dari setahun sejak penulisan artikel ini, dan 3 tahun berjibaku hingga Agustus 2008 ini, kami berpendapat bahwa sebuah karya arsitektur itu tidak pernah bisa lepas dari berbagai pengaruh. Hampir tidak mungkin menemukan konsep yang benar-benar baru, kecuali kita dapat mengembangkan sebuah riset teknologi baru atau semacam itu. Namun, peran arsitektur dalam hidup manusia menjadi spesifik dan tidak sama karena pada dasarnya setiap bangunan terikat dengan ruang dan waktu ia berada. Seandainya sebuah bangunan diplagiatkan 100%, atau dipindahkan ke tempat yang baru, maka itupun juta tidak akan memberikan kesan yang sama. Plagiarisme dalam arsitektur tidak akan berhasil, karena ia tidak sebuah kreativitas yang berkaitan dengan tempat, wadah, media sebuah karya arsitektur.
*****
25 Mei 2012
Catatan lanjutan:
Pertama manusia meniru alam, untuk mengetahui gejala dan cara beradaptasi dengannya. Arsitektur pertama kali dibuat untuk mengatasi alam dan karena itu merupakan peniruan yang tak ada henti-hentinya. Adaptasi merupakan kata yang paling tepat untuk mengadakan peniruan yang digubah. Tidak ada yang benar-benar baru. Menemukan sebuah arsitektur yang otentik memerlukan pemahaman yang luas akan berbagai fenomena dalam berarsitektur. Pada titik ini, kami menemukan bahwa seiring waktu dan pengalaman, tidak mudah untuk menjadi otentik, namun menggubah adalah hal yang paling lazim.
________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.
Komentar sebelumnya di www.astudio.id.or.id:
BalasHapusnama: nafsah
email: buah_palo@*****.co.id
comments: comments on article: "Plagiarisme dalam arsitektur": yang ingin saya tanyakan disini apakah preseden dlm arsitektur juga plagiat.. dimana iya mengikuti bentukan bangunan orang lain dan mentransformasikannya sesuai dengan karakter arsitek sendiri..
website ini: sip
nama: iwan
email: iwan@dot com
comments: comments on article: "Plagiarisme dalam arsitektur": sangat bagus dan propesional
website ini: memang harus di popularitaskan
nama: belinda rosalina
email: belindarosalinaw@********.com
comments: saya sudah 2 tahun ini lagi bergelut dalam penelitian desertasi sy tentang plagiarisme pada arsitektur. Kebetulan background saya bukan arsitek tapi dari hukum. Kalo Bapak ato siapapun yg baca posting ngan ini punya pengalaman yg kaitannya tentang plagiarisme atas karya arsitektur tolong email ke saya ya..atau disini aja juga nggak papa. Thank u.
nama: MaHaSiSwA
email: blabla@*****.com
comments: comments on article: "Plagiarisme dalam arsitektur": emank si menutu saya plagiatlisme merupakan sesuatu yang sangat memalukan apalagi dikalangan arsitektur.....
sebagai calon-calon arsitek seperti mahasiswa...itu baik dalam hal mencontoh suatu bentuk-bentuk arsitektur....&
tapi jika mencontoh jangan mencontoh begitu saja seharusnya dipikirkan kenapa lahir bentuk seperti itu...dan melalui proses arsitektur yang ada jadi kita mengerti...
dan sesudah manjadi arsitek kita mengerti dan tidak akan mencontek/mencontok/menjiplak blabla apalah.....lagi
karena sesudah menjadi arsitek kita menyandang gelar yang harus kita jaga.....
plagiatlisme sebagai arsitek itu suatu yang memalukan...karena masyarakat dan arsitek2 lain dapat melihat dan menilainya....
yach tau kl arsitek sejati itu gemar berkhayal...dan baawwel-bawel + gemar mengkritik karya orang lain ( apalagi di indonesia masing-masing arsitek berpikir merekalah yang paling hebat )
hancurlah kalau ada seorang arsitek melakukan plagiat2 gethu denk...bakal dihujani kritik huabis-huabisan...hahahahehehehe
website ini: gud
name: ign, cchati@*****.com
komentar: comments on article 'Plagiarisme dalam Arsitektur':
mas, jaman sudah sebegini terbuka, kalo menurut saya tak perlu lagi mengeluh tentang si plagiat. apalagi issue keilmuan, sudah dilempar do forum terbuka ya yg tulus mas, dibagi yang murah aja. mas bukan bakul kan? jujurlah, ini bagian dari proses menjadi dewasa.
astudio:
Dear Ign,
Memang, media sudah demikian terbuka sekarang, namun ada kekuatiran tentang mentalitas, karena itu artikel ini digulirkan. Informasi dalam website ini dapat diakses dengan mudah dan karena itu tidak ada maksud untuk menjual info.
Menjadi dewasa dalam berarsitektur... menurut kami juga menjadi hak siapa saja untuk berwacana tentang plagiarisme, setidaknya dalam proses kami, ada ketidaksetujuan dengan proses desain yang plagiat.
name: naur + frustilho@*****.co.id
komentar: yang aku rasa... menemukan hal baru itu tidak mudah... perlu waktu dan biaya mengenai hal itu aku agak susah ... apakah ada saran... gimana caranya supaya tidak plagiat tapi tidak perlu waktu dan biaya. atau ada saran lain...?
astudio:
seorang arsitek perlu jujur terhadap dirinya, mencoba lebih bebas tidak terpengaruh desain orang lain. Tetap berusaha, belajar, jangan mudah menirukan desain orang lain. Tetap 'have fun' dalam berarsitektur, bersketsa, dan berkarya. Memang prosesnya agak lama untuk menemukan desain dengan originalitas, itu yang sayangnya banyak arsitek tidak ingin melampaui suatu proses kreatif yang seharusnya.
(kami sendiri masih belajar)
name: toba
komentar: Hmmm... bisa juga alasan 'tidak punya waktu' mencari hal-hal baru. Tapi kemungkinan besar, menurut saya adalah ketika dia melihat suatu model, pikirannya mentok kepada model-model yang dia lihat itu, jadi ya sudah bikin saja yang serupa itu
name: detey@*****.com
komentar: jangan hanya mensortir comment puji-pujian belaka...
terlepas dari semua itu, sesungguhnya,(sebagai sesama lulusan arsitek?..bukan begitu?!) banyak hal yg perlu diluruskan..
diawali temuan saya secara tidak sengaja tentang tulisan di web anda mengenai kurikulum arsitektur indonesia, saya setuju...
dgn kurikulum yg ada sekarang, semestinya tidak serta merta lulusan S1 arsitek mengaku sebgai arsitek... apa yg terjadi kemudian lebih kepada konpensasi idealisme, mengarsitek kan diri tanpa menjadi arsitek sejati(mudah2n paham maksud saya)
terlepas dari pendapat ini,menurut pendapat saya pribadi : media web yg anda kelola mestinya bisa menjadi arahan bagi calon profesional arsitek, bukan jadi media pembenaran pelamun arsitek
kekesalan ini pun muncul sewaktu kuliah dulu, ada isu untuk project TA arsitek hanya berupa skripsi saja, tanpa desain.beruntung itu gak terjadi. klo sudah begini, mau dibawa kemana lulusan ini. tenggelam dalam "image" arsitek, tp kenyataannnya nol besar.
bagaimanapun, rasanya saya mulai penyukai web anda. setidaknya address anda tersimpan di IE.
trima kasih,
name: detey@*****.com
komentar: jangan hanya mensortir comment puji-pujian belaka...
kritik2 pedas membangun bisa jadi membuka pikiran2 gemilang anda yg mungkin selama ini terkurung oleh pujian belaka...
logikanya gini aja,pak
air baru layak minum setelah dipanasi, logam(besi,emas,dll) baru bernilai lebih setelah ditempa bara.....OK?
name: thio, detey@*****.com
komentar: "biasanya digunakan untuk rumah dgn gaya tsb(minimalis).."
menjawab tulisan sebelumnya tentang plagiasi di arsitektur.
pd tingkat tertentu (bukan level grand art/architecture,le corbu,frank loyd,etc,g). pengulangan2 "gaya" terjadi dgn sengaja & tidak.designer merekam segala ciri suatu gaya, yg kemudian di pakai kembali pd design mereka. contoh,klo anda menggunakan finishing beton sisir, anda mau dituding sebg plagiator gaya minimalis, tentu tidak bukan..?..:)
astudio:
Plagiarisme karya terjadi di dalam pikiran seorang desainer, kadang merupakan suatu bagian dari proses berkaryanya, ini yang dimaksud dalam artikel ini. Untuk mengetahui secara pasti apakah seseorang plagiat atau tidak memang cukup sulit, dari sisi pengamat. Tanggung jawab perancang sendiri terhadap dirinya untuk membuat desain berdasarkan originalitas desain. Kesamaan material sepertinya tidak termasuk dalam plagiarisme. Kalau konsep iya.
name: muhsin_vai@*****.com
komentar: comments on article 'Plagiarisme dalam Arsitektur':
saya sangat terkesan pak, ini mengingatkan saya pada proses pencarian karakter dalam seorang seniman yang nantinya sebuah eksistensi dari karya nyata sang seniman tersebut akan memiliki pengakuan. tahapan tahapan dan proses seperti yang bapak bicarakan diatas masih banyak koq yang bisa kita lihat di daerah daerah yang memilki lingkungan persaingan akademis, maksudnya lingkungan mahasiswa, mungkin berbeda pada saat si Arsitek memasuki dunia kerja, ini bisa mengkondisikan Sang Arsitek harus mencontek karena tidak memiliki waktu dalam berproses mencari hal hal yang baru.
saya berbicara disini tidak memiliki latar belakang akdemis, namun hanya mengikuti sedikit kehidupan mahsiswa mahasiswa seni dan disain di yogya.