Senin, 08 September 2008

Percakapan imajinatif dengan Vitruvius

http://bopswave.googlepages.com/englishflag.jpg English Version

Akhirnya, Vitruvius punya cara untuk datang ke abad 21 dengan menaiki sebuah mesin waktu. Kebetulan Leonardo Da Vinci, menemukan mesin waktu untuk menjemput Vitruvius dan meminta keterangan lebih lanjut tentang Vitruvian Man-nya, agar ia bisa menggambar Vitruvian Man itu sesuai visi Vitruvius. Tapi itu cerita lain. Saat ini Vitruvius datang untuk diwawancarai seputar pandangannya tentang arsitek dan arsitektur serta sedikit hubungan dengan konteks Indonesia. Karena ia baru saja menulis "The Ten Books of Architecture", maka sepertinya topik ini yang paling hangat untuk dibahas dengan Vitruvius.

Pertama, saya ucapkan selamat untuk bangsa Anda; Roma, untuk kemenangan Caesar.
Hei, terimakasih. Tapi kalau saya melihat segalanya di abad 21 ini, rasanya pembukaan buku saya hanya untuk alasan politis.
Seperti Anda lihat sekarang, banyak orang masih terkesan dengan arsitektur Romawi.
Oh ya saya juga melihatnya. Bahkan sangat menakjubkan melihat kebudayaan kami tersebar di mancanegara. Saya dengar arsitektur modern mengambil dasarnya dari arsitektur Romawi. Sesuatu yang juga saya lihat disini di Indonesia.
Tentang itu, apakah Anda setuju bahwa kebudayaan Anda menginfiltrasi, bahkan mengiterupsi kebudayaan kami.
Itu adalah pertanyaan yang sangat kritis. Saya tentunya memilih untuk meninggalkan tanggung jawab saya menjawab pertanyaan ini. Bukan salah kami bahwa kebudayaan kami sangat berpengaruh dibandingkan bagian dunia yang lain.
Karya Anda: The Ten books of Architecture, masih dipelajari di universitas-universitas. Meskipun tidak banyak orang di Indonesia, saya yakin, membaca karya Anda, para akademisi masih mendasarkan ide pendidikan mereka pada tulisan Anda.
Tentang teori dan praktek? Ya, karena saya lihat ini sangat universal. Anda tidak bisa mengabaikan praktek berdasarkan teori. Semua arsitek seharusnya memiliki teori, untuk berpraktek.
Apakah semua selalu begitu?
Selalu ada praktek berdasarkan teori. Bahkan ketika arsitek sampai di batas akhir dimana ia menjelaskan sebuah karya, selalu ada kombinasi pengetahuan dan ketrampilan, yang didapatkan dari pendidikan. Pengetahuan merepresentasikan material yang dapat dijelaskan. Tapi sisanya bisa juga tidak dapat terjelaskan, yang merupakan bagian dari ketrampilan.
Anda menjelaskan pula bahwa pendidikan akan membawa mahasiswa untuk tahu lebih banyak tentang sejarah mereka. Bagaimana Anda melihat pendidikan di Indonesia?
Sayang ya. Anda punya kebudayaan sendiri tapi tidak tahu begitu banyak. Saya dengar tidak banyak mahasiswa Indonesia tahu prinsip dasar dari candi di Indonesia, contohnya. Dan mengapa itu tidak diajarkan di Universitas.
Seperti ornamen Caryatides di bangunan Romawi?
Ya, seperti itu. Jadi pengetahuan yang mereka dapatkan tentang kebudayaan dan bangunan mereka memiliki 'akar' arsitekturnya. Tidak hanya sekedar asumsi sendiri, karena semua karyanya akan ditentukan dari itu.
Dan membawanya pada reputasi tertentu yang akan didapatkannya?
Bukan itu. Reputasi adalah sesuatu yang lain, sebuah nama baik karena karyanya dikenali oleh masyarakat.
Dan apa lagi yang seharusnya diketahui arsitek?
Aturan, seperti musik. Ini membantu arsitek memahami dasar dari aturan (order) arsitektur yang mereka gunakan.
Sesuatu yang seperti dikatakan Pythagoras sebelumnya, tentang arsitektur sebagai musik yang beku?
Benar sekali. Dan jangan lupa, pelajaran tentang pengobatan yang akan membawa pengetahuan pada lingkungan yang sehat.
Kami memiliki subyek tersendiri untuk itu sekarang. Bahkan istilah khusus; sustainability.
Oh jadi itu sudah menjadi subyek spesifik? Berita bagus.
Tentang prinsip dasar arsitektur.
Kesukaan saya.
Apakah prinsip-prinsip dasar itu?
Itu tertulis di buku; aturan, pengaturan, ritme, simetri, kesesuaian, dan ekonomi (Order, arrangement, rhythm, symmetry, propriety, and economy). Saya tidak harus menjelaskannya bukan? Baca sendiri disini.
Tentang kesesuaian (propriety); kesesuaian untuk Romawi tidak cocok lagi untuk bangunan modern dewasa ini.
Ya, saya melihat itu. Kalian semua kacau... Saya tidak mengerti prinsip kesesuaian Anda. Anda bilang arsitektur modern mendasarkan diri pada arsitektur Romawi, tapi saya tidak melihat Doric (salah satu hiasan kolom Romawi). Apakah Anda tidak percaya Dewa?
Oh, jangan kuatir, dalam era modern ini, kami semua gila. Dan kami memisahkan antara arsitektur dan kepercayaan.
Tapi saya melihat disini di Indonesia, masjid-masjid dan gereja-gereja. Saya suka candi Indonesia karena mereka memiliki akar yang kuat pada sejarah negeri Anda.
Terimakasih, dan jika Anda menilai arsitektur jaman sekarang dengan nilai-nilai kesesuaian (propriety) pada jaman Anda, maka banyak bangunan sekarang yang tidak sesuai. Membaca tulisan Anda tentang kesesuaian, adalah standar yang tinggi, bahkan untuk saat ini.
That's not what I mean. What I wrote about proprietary is for high class buildings, high class architecture.

Bukan itu maksud saya. Apa yang saya tuliskan tentang kesesuaian (proprietary) adalah untuk bangunan kelas atas, arsitektur kelas atas.

Di jaman Anda?
Ya. Tapi tentu saja, ada dasar yang lain; yaitu faktor ekonomi. Ini menentukan bagaimana sebuah bangunan akan dibuat, secara arsitektural. Oke sekarang... saya mohon maaf, saya harus mengejar pesawat. Pergi ke Eropa lagi dan melihat karya saya sebelumnya, apakah masih utuh?
Oke kalau begitu, terimakasih.


***



________________________________________________
by Probo Hindarto
© Copyright 2008 astudio Indonesia. All rights reserved.

2 komentar:

  1. Komentar sebelumnya dari www.astudio.id.or.id:

    nama: JO
    email: jo.cobain@*****.co.id
    comments: comments on article: "‘An Imaginary Conversation with Vitruvius": satu hal yang sering kita lupakan sebagai seorang 'arsitek' adalah "idialisme diri dalam hal pengakuan akan profesi kita kepada masyarakat" bahwa arsitek dapat mengatur dan mengontrol seluruh sendi - sendi kehidupan dalam bermasyarakat, seperti profesi "dokter" yang dapat mengatur tentang kehidupan cara hidup yang sehat, dalam dunia arsitektur mungkin tidak kita mengaturnya dengan cara suatu konsep arsitektur yang sehat, ramah lingkungan, yang berpengaruh pada kesehatan masyarakatnya secara global?...Bukan tidak mungkin hal itu dapat terwujud, tentunya dengan pengakuan dan idalisme akan profesi kta sebagai sorang arsitek, do u agree?
    website ini: apik tenan boz

    nama: heidy
    email: heidy_amanda@*****.com
    comments: comments on article: "‘An Imaginary Conversation with Vitruvius": wahahaha....unik2. mencoba untuk memahami vitruvius dalam konteks kekinian...

    nama: NURBAITY
    email: baity1968@*****.com
    comments: comments on article: "‘An Imaginary Conversation with Vitruvius":
    amazing imaginary conversation.
    i am an english teacher who search in google about imaginary conversation for writing thesis. i do imaginary conversation in teaching and it work well. here i found an extraordinary one. sorry maybe its specail for architectur? but it inspires me a lot
    thank you
    best regard
    baity
    website ini: amazing

    nama: Antariksa
    email: antariksa@*********.ac.id
    comments: comments on article: "‘An Imaginary Conversation with Vitruvius":

    Perlu dilakukan wawancara imaginatif dalam arsitektur suatu penjelajahan jiwa-raga dan nurani untuk menemukan jati-diri arsitektur secara indivisual. Penjelajahan imaginatif ini dapat memberikan inspirasi nurani untuk membuka tempurung mindset kita agar dapat memahami pemikiran orang lain dilihat dari berbagai macam kaca mata. Sangat bagus dan dilanjutkan dengan wawancara-wawancara imaginer yang lainnya.
    website ini: Bagus

    Probo Hindarto:
    Terimakasih pak Antar.
    Rencana inginnya juga berbincang dengan berbagai tokoh lainnya. Semoga nanti bisa lebih berbobot 'pembicaraannya' pak.
    Salam.

    nama: danang pamungkas
    email: ipam_arch99@*****.com
    comments: comments on article: "‘An Imaginary Conversation with Vitruvius":

    vitruvius..sayang memang, kami orang indonesia tidak tahu banyak tentang kebudayaan kami sendiri untuk djadikan pijakan berarsitektur, oleh karena itu pada kesempatan 'kunjungan' anda ini, maukah anda berbaik hati menolong kami di indonesia ini dengan menambahkan satu PRINSIP DASAR lagi dalam buku arsitektur anda?. Tuan Vitruvius tambahkanlah prinsip 'SPIRITUALITAS - KESELARASAN DENGAN SEMESTA' dalam buku anda. dan jika waktu 'kunjungan' anda sangat terbatas biarlah prinsip ini menjadi satu sandi-misteri dalam buku anda, karena nanti kamilah yang akan membuka sandi itu, karena 'SPIRITUALITAS-KESELARASAN DENGAN ALAM' adalah takdir bagi bangsa kami, hal ini telah ada di DNA kami sebelum kami dilahirkan, tapi rupanya mendung masih bergelayut di pelupuk kesadaran kami. oleh karena itu kami butuh pemicu, dan andalah pemicunya tuan..
    dan barangkali dalam 'kunjungan' anda berikutnya anda tidak akan menyayangkan kondisi arsitektur kami, tapi justru mungkin anda akan berkata "aku ingin hidup lebih lama lagi, karena masih banyak pelajaran arsitektur yang harus kuajarkan untuk bangsaku, terutama setelah aku 'berkunjung' ke indonesia, kenapa arsitektur indonesia bisa begitu arif dan agung??"

    nama: yolanda
    email: jsa-her@******.net
    comments: comments on article: "‘An Imaginary Conversation with Vitruvius":

    good job....
    format penulisan yang personal dan intuitif selain tetap mengemukakan pemikiran

    pemikiran vitruvius adalah pemikiran yang utuh, integral dan menyeluruh
    yang perlu kita perdalam lagi adalah mencoba menelaah lebih lanjut sejauh mana aspek fungsi, struktur, estetika yg sering 'didengungkan' juga prinsip arsitektur yg dikemukakan mampu tetap menjadi jembatan antara arsitek, karya dan pengamat, pengguna

    misalnya - pemahaman estetika tetap mengalami perkembangan sesuai konteks ruang dan waktu
    jika jaman klasik yg disebut indah adalah proporsional, simetri, teratur,dll
    untuk jaman sekarang sifatnya lebih kontekstual
    produk ramah lingkungan dapat disebut indah
    arsitektur vernakular dapat disebut indah...

    perkembangan estetika sejalan dengan perkembangan pemikiran....

    BalasHapus
  2. Gret,,bodohnya saya sempat bingung di awal,, apa-apaan ini,, ternyata it's such a great imaginary conversation...

    Mungkin saya termasuk satu dari mahasiswa indonesia yang juga terkena "sindir" oleh vitruvius di atas,,

    Ya, dan saya tidak memungkiri bahwa apa yang saya dapatkan di universitas memang begitu adanya, tapi mungkin karna itulah saya berusaha "mengais" ilmu dan info dari luar kampus,, dan hasilnya saya mendapatkan hal yang jauh lebih besar dari apa yang seharusnya saya dapat di kampus.

    dan jika saja saya benar-benar menyaksikan ketika "vitruvius benar-benar datang", saya akan berkata : WELCOME TO THE NEW CONCEPT.. itu terpikir karena dari apa yang pernah dicetuskan vitruvius di masanya, tentu tidak mungkin bisa kita bawa seluruhnya ke masa ini selain inti yang memang prinsipil seperti firmitas, venustas, dan utilitas. karena seperti pepatah anonim bahwa SETIAP MANUSIA, ADA JAMANNYA - SETIAP JAMAN ADA MANUSIANYA..,

    dan sekarang,, jaman baru, generesi baru, menuntut kebutuhan baru dengan standar baru...

    BalasHapus

Silahkan isi komentar Anda.
Sekarang, Anda juga bisa komentar melalui account facebook Anda (di boks komentar atas)

SILAHKAN CHATTING DENGAN ASISTEN ROBOT:

Maaf asisten masih dalam tahap pengembangan. Jadi tidak semua pertanyaan bisa dijawab. (ini merupakan chatbot)